KEKERASAN SEKSUALITAS TERHADAP DISABILITAS DAN PEREMPUAN

Hari Rabu dan Kamis, tanggal 15 dan 16 Januari 2014 SAPDA mengadakan seminar/ training mengenai”Kekerasan Seksualitas Terhadap Disabilitas dan Perempuan” yang bertempat di lantai dasar kantor BPPM Badran Yogyakarta. Kegiatan yang diikuti oleh 15 peserta ini mendapat antusias yang sangat tinggi dari para peserta, karena sebagian besar dari peserta ada yang belum pernah mengikuti training yang mengangkat issue tentang kekerasan seksualitas terhadap disabilitas dan perempuan.

Di hari pertama, fasilitator training, fasilitator memaparkan penjelasan mengenai sejarah perkembangan istilah disabilitas, yaitu : pada tahun 1946 penyandang disabilitas disebut dengan Penderita Cacat yang diusung oleh Dr. Suharso; tahun 1990 menjadi Penyandang Cacat; tahun 1996 menjadi Difabel (yang berasal dari Different Ability, disingkat menjadi difabel) yang diusung oleh Mansyar Faqih yang merupakan aktivis sosial; dan yang terakhir pada tahun yang sama, 1996 oleh PBB istilah tersebut diganti menjadi Disabilitas. Setelah itu, fasilitator juga menjelaskan beberapa jenis disabilitas, diantaranya : Tuna Netra, Tuna Daksa, Tuna Rungu, Tuna Wicara, Tuna Grahita, dan juga Down Syndrome. Di akhir training hari pertama, fasilitator memberikan suatu PR (tugas) berupa satu pertanyaan yang akan menjadi pokok bahasan di hari ke 2.

Hari kedua training, berangkat dari pertanyaan di hari sebelumnya, materi tentang kekerasan tehadap disabilitas dan perempuan mulai diangkat oleh fasilitator. Pada training hari kedua, peserta semakin antusias karena di tengah kegiatan tersebut fasilitator menghadirkan seorang narasumber, yaitu ibu Sri Lestari yang merupakan seorang difabel, korban gempa di tahun 2006. Beliau bercerita tentang kehidupannya setelah mengalami bencana alam tersebut, hingga akhirnya mengalami kekerasan dari suaminya sendiri. Para peserta sangat terharu dan terkesan mendengar penuturan dari ibu Sri Lestari. Setelah itu, fasilitator mengatur bagaimana langkah-langkah yang harus diambil peserta berkaitan dengan kasus yang dialami oleh beliau.

Training ditutup dengan beberapa saran, kesan dan pesan oleh para peserta. Alhamdulillah training selama dua hari berjalan dengan lancar. Semoga SAPDA bisa membantu teman-teman penyandang disabilitas untuk terus bergerak maju dengan diadakannya training ini.

Terima kasih.

Dhinda Panji