Donasi SAPDA bagi Korban Banjir Sriharjo Imogiri

Bantul, 20 Maret 2019. Sriharjo merupakan salah satu desa yang paling parah terkena dampak banjir yang diakibatkan oleh hujan deras pada sabtu 16 Maret 2019 yang lalu. Warga yang menjadi korban, khususnya anak-anak dan lansia diungsikan dan tidur di Kantor Kelurahan Sriharjo, Kecamatan Imogiri,  Bantul.

“Daerah sini sudah langganan banjir. Setiap tahun pada musim hujan selalu banjir. Banjir kali ini berbeda dengan banjir yang biasanya terjadi. Biasanya kalau musim hujan, warga rutin mengontrol level air di sungai untuk menentukan apakah mereka perlu mengungsi atau tidak. Tapi banjir kali ini datang dari atas yang membawa material dan menghantam rumah-rumah warga,” demikian penuturan dari Titik Iswayatun, Lurah Desa Sriharjo.

“Warga desa sebenarnya tidak mau mengungsi, mereka memilih untuk tetap tinggal di rumah mereka. Tapi saya minta mereka untuk mengungsi. Boleh pulang ke rumah kalau pagi sampai siang, tapi kalau sudah sore beranjak malam, warga harus kembali ke pengungsian untuk berjaga-jaga kemungkinan adanya hujan deras dan banjir lagi,” imbuhnya.

Respon terhadap bencana yang terjadi di Desa Sriharjo dilakukan oleh Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak (SAPDA) Jogja. Setelah melakukan assessment kebutuhan dari para korban, kemarin (20/03), melalui beberapa stafnya, SAPDA melakukan distribusi bantuan ke Posko Banjir Kelurahan Sriharjo.

Titik Iswayatun menerima donasi dari SAPDA

Dalam kesempatannya, Umi Masruroh, Staf Inklusi Sosial SAPDA mengatakan bahwa pemilihan lokasi distribusi bantuan ke Desa Sriharjo adalah karena desa tersebut merupakan salah satu desa yang paling parah terdampak banjir kemarin. “Daerah situ sudah menjadi daerah langganan banjir, jadi kita perlu melakukan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana pengurangan resiko bencana di masyarakat itu sendiri. Apa yang harus mereka lakukan supaya banjir itu tidak terulang-ulang terus. Mungkin penyebab banjir itu bukan dari mereka. Karena air dari daerah utara misalnya. Sementara daerah mereka adalah daerah paling selatan yang mana air itu arahnya ke sana semua menampungnya. Sebagai masyarakat yang terdampak, kemudian mereka harus melakukan apa? Hal inilah yang perlu kita dorong dari masyarakat,” katanya.

Umi juga mengatakan bahwa emergency response merupakan bagian dari program kerja SAPDA Jogja, dan juga ada edukasi kepada masyarakat tentang pengurangan bencana. Dan kita memang konsennya yang inklusif.