Membekali Remaja dengan Produksi Media Inklusif

Membekali Remaja dengan Produksi Media Inklusif

Workshop Analisis Sosial SRHR Inklusi berbasis Media sudah memasuki hari ke-3. Senin (3/2) ini peserta mendapat materi pembuatan Media Aksesibel oleh Yerry Niko Borang dari Engage Media. Yerry mengenalkan mengenai konvergensi media kepada 12 peserta remaja disabilitas dan tanpa disabilitas. Konvergensi media adalah bentuk bergabungnya berbagai jenis dan format media dengan perantara/platform internet.

Munculnya konvergensi media ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah munculnya internet, bersatunya teknologi dan prilaku sosial masyarakat. Dalam kesempatan ini Yerry menerangkan setidaknya ada tujuh klasifikasi media yang ada saat ini. Berdasarkan pengelompokkannya terdiri atas:

  1. Media Visual : yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti : foto, gambar, poster, kartun, grafik
  2. Media Audio : media yang hanya dapat didengar saja, seperti : kaset audio, mp3, radio.
  3. Media Audio Visual : media yang dapat didengar sekaligus dilihat, seperti : film bersuara, video, televisi, sound slide.
  4. Multimedia : media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap, seperti : animasi. Multimedia sering diidentikan dengan komputer, internet dan pembelajaran berbasis komputer.
  5. Media Realita : yaitu media nyata yang ada di dilingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti : binatang, spesimen, herbarium, dll.

Selain menerangkan tentang konsep dan ragam konvergensi media, Yerry juga menjelaskan mengenai teknik dan dasar-dasar fotografi. Menurutnya, jika memahami kedua hal tersebut, apapun jenis kamera yang dimiliki hasilnya bisa optimal. Peserta kemudian diajarkan untuk memanfaatkan kamera handphone android yang mereka miliki untuk menjepret beberapa sudut di lokasi workshop.

Dari hasil praktik peserta sudah bisa terlihat bahwa mereka menerima materi dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil jepretan yang sudah  memenuhi kaidah dasar fotografi.

Setelah berproses dengan foto, peserta diarahkan untuk membuat video. Konsepnya sama dengan fotografi tadi, yakni dengan memanfaatkan fitur kamera di handphone peserta. Hasil video yang digarap peserta beragam, mulai dari dramatis hingga humoris. Tidak jarang dari video-video tersebut para peserta tertawa terpingkal-pingkal dibuatnya.

Video memang menjadi medium penting era ini yang harus dikuasai oleh generasi muda, termasuk mereka penyandang disabilitas. Maka dari itu, harapan dari diadakannya workshop ini adalah supaya remaja disabilitas dapat berperan aktif dalam penyebaran dan pembuatan informasi yang sedang galak terjadi di dunia maya.

Tidak cukup hanya membekali peserta dengan teknik fotografi dan video, Yerry juga mengenalkan kepada peserta mengenai Meme dan cara pembuatanyya. Yerry menjelaskan, di Amerika Meme telah menjadi media pembelajaran politik generasi muda. Hal ini tidak lepas dari massifnya persebaran Meme di media sosial yang dimana remaja banyak terlibat di dalamnya.

Dengan memberikan materi mengenai Meme, peserta diharapkan bisa membuat konten sesuai dengan isu gender, disabilitas dan inklusi yang digeluti selama ini. Hal ini bisa menjadi gerakan baru bagi remaja dan remaja tanpa disabilitas untuk menyebarluaskan isu yang selama belum terdengan luas oleh publik.