SAPDA membentuk Agen Perubahan dalam Training of Trainer Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi di Jember

sapdajogja.org, Training of Trainer (TOT) Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) dan Inklusi Sosial untuk Kaum Muda Penyandang Disabilitas. Jumat, 26 April hingga Minggu, 28 April 2019. TOT yang diadakan oleh Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak (SAPDA) di Aula Kantor Kecamatan Sukorambi, Jember ini bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada agen-agen perubahan remaja disabilitas dan tanpa disabilitas agar lebih memahami HKSR dan kekerasan seksual, serta dapat menggetoktularkan ilmu yang didapat kepada orang lain.

Peserta Sedang Berdiskusi tentang Pubertas
Peserta Sedang Berdiskusi tentang Pubertas

Hal tersebut dilatarbelakangi oleh informasi dan pemahaman mengenai kesehatan seksual dan reproduksi remaja disabilitas (runguwicara/tuli, netra,  fisik, dan intelektual) maupun tanpa disabilitas yang masih kurang karena berbagai faktor, diantaranya adalah faktor orangtua yang masih menganggap edukasi kesehatan reproduksi tabu, belum perlu karena masih kecil dan bahkan tidak penting untuk dibahas.

Sebanyak 20 orang peserta yang berasal dari SMA Diponegoro, SMK Al-Mutaqin, SMK Berdikari, SMK AL-Hasan, SLB YPAC, SLB Negeri, SLB-A TPA Bintoro, Persatuan Penyandang Cacat (PERPENCA), IAIN Jember, IKIP Jember, IKIP PGRI, Universitas Terbuka Jember, SMP 1 Anjung, Gerkatin berkumpul dalam pelatihan ini.

Pengetahuan secara umum yang dimiliki oleh para peserta mengenai disabilitas, kesehatan seksual dan reproduksi coba dilihat dengan adanya pre test. Berkesinambaungan dengan hal tersebut, pada akhir kegiatan dilakukan post test guna mengetahui pemahaman peserta mengenai disabilitas, kesehatan seksual dan reproduksi setelah mendapatkan pelatihan.

Pelatihan hari pertama diisi dengan perkenalan peserta dengan menggambarkan sebuah benda yang merupakan citra diri peserta. Selanjutnya, masih pada sesi yang sama, peserta dibagi menjadi 2 kelompok yang akan merangkai gambar-gambar citra diri menjadi satu kesatuan cerita sehingga bukan lagi merupakan citra diri sendiri, melainkan menjadi citra satu kelompok kecil. Hal ini untuk memberi gambaran bahwa setiap orang akan memberi warna dan makna dari kelompoknya. Semakin positif citra diri dari kelompok semakin bagus untuk perkembangan kelompok tersebut.

Selanjutnya dari pelatihan adalah banyak melibatkan peserta dalam diskusi untuk mengenali tubuh dengan metode Body Mapping, agar peserta lebih paham tentang organ tubuh mereka sendiri khususnya organ reproduksi, organ seks, juga mengenalkan tentang pacaran sehat, pubertas, gender, kekerasan serta Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Pelatihan hari kedua peserta diajak untuk belajar bagaimana memfasilitasi suatu kegiatan. Fasilitator membagi tips-tips pada peserta agar proses fasilitasi berjalan dengan baik, yaitu dengan kunci bahwa seorang fasiliator jangan menggurui serta jangan sok tahu. Semua diserahkan pada peserta yang hadir, karena fasilitator bukan narasumber. Kemudian peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk berlatih membuat rencana dan menyusun alur pelatihan yang akan dilakukan selama 2 hari pada 20 peserta disabilitas dan tema tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi.

Kemampuan dalam melakukan fasilitasi peserta diuji pada hari ketiga pelatihan. Peserta diajak untuk melakukan praktek fasilitasi dari rencana dan alur yang sudah disusun secara berkelompok di hari sebelumnya.

Pelatihan ini dilakukan selama 3 hari, difasilitasi oleh Ayatullah RK (Miko) dan Sholih Muhdlor dari SAPDA, serta Sugihartatik, dosen IKIP prodi PLB – Pendidikan Luar Biasa IKIP PGRI Jember.

Kedepan, para peserta pelatihan akan menjadi fasilitator-fasilitator pada kegiatan-kegiatan terkait dengan kesehatan reproduksi seksual yang sudah direncanakan akan dialksanakan di Jember.

Ini kegiatan yang sangat menarik dengan didukung oleh praktek-praktek yang menyenangkan ini diharapkan untuk sering diagendakan agar ilmu yang telah didapatkan tidak hilang, semakin berkembang dengan pemberian materi-materi baru, dan juga pembekalan buku saku pendukung informasi tentang kesehatan reproduksi yang dimiliki SAPDA untuk praktek di lapangan”, ungkap para peserta tentang kegiatan ini secara antusias.