NARASI HASIL SIARAN BULAN MEI 2014

Hari : Sabtu, 1 Mei 2014
Narasumber : Sutijono (staff IC SAPDA)
Tema : Komunitas dampingan SAPDA

Sutijono, yang akrab dipanggil dengan pak Abas adalah salah satu dari staff SAPDA yang bergabung pada bulan November 2013. Pak Abas yang mengalami polio saat umur tiga tahun ini menjadi staff IC (inclusive social) dengan tugas melakukan pendampingan kepada komunitas-komunitas SAPDA baik yang berada di daerah Yogyakarta maupun diluar daerah. Saat ini jumlah komunitas dampingan SAPDA menurut daerah antara lain : Yogyakarta 2 kelompok, Sleman : 2 kelompok, dan yang diluar daerah masing-masing adalah Purworejo, Magelang, Klaten, Sukoharjo. Hal yang didapatkan oleh pak Abas sangat banyak, pada mulanya belum mengetahui komunitas-komunitas di luar SAPDA, namun karena bergabung di lembaga SAPDA ia semakin mengetahui komunitas dan kelompok-kelompok. Dalam tugasnya, seorang IC harus melakukan pendampingan secara organisasi, disebabkan di daerah-daerah komunitas belum paham mengenai organisasi dan belum banyak pengetahuan di bidang ini dengan tujuan agar mereka paham mengenai tugas dan fungsi pengurus seperti apa. Reaksi yang mereka berikan sangat positif, sangat senang dengan pendampingan SAPDA karena mereka juga membutuhkan arahan dalam mengelola organisasi, harapan ke depannya agar mereka bisa menjalin jaringan lebih luas. Pendampingan ini pun akan memberikan kapasitas untuk berorganisasi dan berjejaring serta bersosialisasi. Saat ini SAPDA sedang melakukan riset bersama Bapeljamkesos mengenai pemenuhan fasilitas disabilitas, dan kegiatan yang lain adalah adanya mahasiswa-mahasiswa dari UNRIYO yang magang di SAPDA. Menurut pak Abas, pemahaman disabilitas harus diberikan kepada masyarakat sejak dini, karena apabila nantinya ada anggota keluarga yang disabilitas maka tidak harus malu dengan keadaan itu. Selama ini tidak ada dan belum menemukan pengalaman pahit, karena kita saling membutuhkan antar sesama. Jumlah penelpon interaktif berjumlah 3 orang.

 

Hari : Sabtu, 17 Mei 2014
Narasumber : Yulianto
Tema : Kiat dan bagaimana berolahraga bagi penyandang disabilitas

Yulianto adalah seorang atlet tenis lapangan dengan kursi roda. Umur 2 tahun terkena panas, dan mengalami polio. Yulianto yang akrab disapa mas Yuli ini adalah seorang ketua FPDB (forum peduli difabel Bantul) serta merangkap sekertaris NPC (National Paralympic Comitte) Bantul. Tahun 2012 mas Yuli pernah mewakili olahraga bulu tangkis di Riau, namun tahun 2013 mas Yuli menjuarai lomba tenis lapangan dengan kursi roda di Jakarta. Pada awalnya mas Yuli ingin mendalami olahraga bulu tangkis dengan kursi roda, namun karena ajang pertandingannya masih jarang, maka beliau beralih ke tenis lapangan. Untuk anggaran pertandingan DKI Club itu sendiri berasal dari sponsor. Mas Yuli memiliki tujuan untuk menggeluti olah raga ini, yaitu untuk menjaga kesehatan, menjalin persaudaraan, bisa menjadi prestasi dan menghasilkan bonus (bonus dari penghargaan bisa untuk membantu penghidupan dirinya). Dalam melakukan olahraga tenis lapanagan ini awalnya beliau kesulitan karena tidak ada yang megarahkan, namun ada TOT di Jakarta, dilaksanakan untuk melakukan pelatihan singkat mengenai tenis lapangan. Untuk aturan dengan tenis lapangan orang non disabilitas dan yang berkursi roda berbeda, kalau yang non itu hanya sekali pantulan, maka yang kursi roda memerlukan hitungan dua kali pantulan. Perlu tenaga extra untuk berolahraga tenis lapangan dengan kursi roda, maka dari itu alat yang digunakan bukan kursi roda biasa, yang ini lebih ringan dan mahal harganya sekitar 23 juta rupiah. Untuk mendukung itu semua, mas Yuli menyarankan utnuk latihan terus agar lebih ahli dalam bidang ini dan juga menyarankan untuk lebih sering minum air putih, karena air putih itu menyehatkan. Penelpon interaktif berjumlah 6 orang.

 

Hari : Sabtu, 31 Mei 2014
Narasumber : Asep Kurniawan
Tema : Opini mengenai fasilitas publik di Yogyakarta

Akses fasilitas publik bagi disabilitas memang selalu jadi perbincangan hangat di tiap sudut kursi roda, kursi makan, kursi angkringan, kursi sekolah sampai kursi pemerintah. Di stasiun RRI PRO 1 Yogyakarta, SAPDA diberi kursi untuk berbicara tentang apa saja terkait disabilitas dua kali dalam sebulan. Pada hari Saptu, 31 Mei 2014, SAPDA bersama Mas Asep Kurniawan ( Ketua Paguyuban Bangkit Bersama ) mencoba mensharingkan tentang keluhan-keluhan teman-teman disabilitas terkait akses fasilitas publik seperti SIM, ATM, trotoar jalan dan halte. Menarik karena memang benar apa yang di sampaikan penelpon bahwa pemerintah harus di desak untuk memenuhi hak-hak penyandang disabilitas seperti akses fasilitas publik tersebut. Harapan teman-teman disabilitas kedepan adalah terwujudnya masyarakat dan fasilitas publik yang ramah terhadap kaum rentan ini.