Dukung Pelibatan Penyandang Disabilitas dalam Penelitian, Kelas Riset SAPDA Tahap 2 Digelar Selama Tiga Hari di Yogyakarta

Nurul Saadah, Direktur SAPDA, mengenakan baju berwarna biru dan membawa mic. Nurul sedang berbicara dalam rangka menyambut peserta kelas riset offline Nurul Saadah Andriani, Direktur SAPDA, membuka Kelas Intensif Offline Tahap 2

Sebagai bagian dari upaya meningkatkan kapasitas para periset penyandang disabilitas, yang diharapkan dapat memimpin riset untuk pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas, SAPDA bermitra dengan CBM Global Indonesia, dengan dukungan penuh dari KONEKSI melaksanakan Kelas intensif Offline: Sekolah Riset Penyandang Disabilitas (Disability Lead Research) Tahap 2, secara luring di Yogyakarta (4/8/25).

Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh pentingnya memposisikan penyandang disabilitas sebagai subyek dan pelaksana penelitian, bukan hanya sebagai objek yang diteliti. Selain meningkatkan validitas dan relevansi temuan penelitian, peran sebagai subjek riset dan pelaksana riset bisa memberdayakan penyandang disabilitas sebagai kontributor pengetahuan dan pengalaman mereka.

Nurul Sa’adah Andriani, Direktur SAPDA, dalam sambutannya menyebut, “Agar penyandang disabilitas dapat berpartisipasi secara penuh dalam riset atau bahkan menjadi pemimpin dalam sebuah riset, maka perlu proses peningkatan kapasitas dalam pemahaman serta keterampilan dalam pengambilan data, pengolahan/analisa, membuat kesimpulan sampai dengan penulisan laporan dan publikasi.”

Nurul menekankan bahwa dengan bertambahnya pengetahuan, meningkatkan keahlian, dan kapasitas penyandang disabilitas, advokasi berbasis bukti melalui riset juga akan membawa dua keuntungan pada komunitas penyandang disabilitas.

Sebanyak 20 peserta kelas riset yang terdiri dari berbagai ragam disabilitas dan berbagai daerah di Indonesia selama tiga hari akan mengikuti pelatihan tahap dua. Setelah sesi kelas offline ini, peserta diharapkan dapat membuat instrumen, mengumpulkan data, dan melakukan analisa data sesuai topik dan rumusan masalah.

Salah satu kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta adalah praktik lapangan. Para peserta mengunjungi Forum Kecamatan Inklusi di Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta dan berlatih melakukan pengambilan data melalui wawancara. Sebagian akan melakukan survey secara online bersama reaponden dari National Paralympic Committee Indonesia (NPCI), dan sebagian lagi akan melakukan observasi lingkungan dan aksesibilitas sekitar. Hasilnya akan dianalisis dan dipresentasikan kepada fasilitator kelas riset, Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT), BAPPENAS, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, dan KONEKSI di hari terakhir.

Harapannya, pelatihan selama tiga hari ini dapat menjadi wadah afirmasi bagi penyandang disabilitas untuk mendapatkan ruang dalam semua tahap penelitian, termasuk perencanaan, pelaksanaan, analisis data, dan pelaporan dan mereka dapat berbicara atas nama diri mereka sendiri, berbagi pengalaman, dan mengambil peran aktif dalam merancang solusi dan perubahan yang positif.

“Semoga kegiatan ini dapat mendorong hasil penelitian yang langsung berdampak pada perubahan kebijakan yang lebih inklusif dan memberdayakan penyandang disabilitas,” jelas Nurul.


Untuk info selengkapnya hubungi Media SAPDA : 0813-2739-5399

Penulis: Putri Lalitaningtyas
Editor: Irma Pudyastuti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *