Pelatihan Kesehatan Reproduksi dan seksual yang di adakan di komunitas temple pada hari kamis tanggal 23 Februari 2017 yang bertempat diruang pertemuan desa Mardikorejo Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman. Pelatihan ini di ikuti oleh 25 orang peserta 5 laki-laki dan 20 perempuan terdiri dari 7 penyandang disabilitas dan 18 orangtua atau pendamping. Acara dimulai jam 08.30 wib , diawali dengan sambutan kepala desa, desa mardikorejo.
Dalam sambutannya Bapak lurah menyampaikan ucapan terima kasih kepada panitia dan narasumber dari sapda. Bahwasanya pemerintah desa mendukung dengan adanya kegiatan ini. Pemerintah desa juga ingin memberikan peningkatan kesejahteraan bagi penyandang disabilitas di desa merdikorejo. Pelatihan ini sangat penting dipahami oleh peserta karena dengan pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual dengan baik dapat meningkatkan derajat kesehatan sehingga dapat juga mendukung untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga penyandang disabilitas. Kepala desa juga berkeinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan adanya tambahan pendapatan dengan usaha-usaha produktif, misalnya dengan usaha jual gorengan, ternak ayam , menjahit dan yang lainnya. Pemerintah desa juga telah meningkatkan anggaran untuk pemberdayaan warga disabilitas tahun ini. Akan tetapi anggaran ini tidak diperbolehkan dalam bentuk bantuan uang yang dibagikan kepada setiap penyandang disabilitas. Yang boleh dilakukan adalah dengan kegiatan –kegiatan yang dapat meningkatkan kapasitas penyandang disabilitas seperti pelatihan-pelatihan dan modal barang yang dapat mendukung usaha penyandang disabilitas
Sebelum pelatihan Sutijono memperkenalkan kepada peserta tentang lembaga SAPDA. SAPDA adalah lembaga yang konsen di isu-isu disabilitas, yaitu mendorong kepada pemerintah untuk perlindungan dan pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas, juga memberikan peningkatan pengetahuan bagi komunitas dalam banyak hal. Salah satunya adalah pelatihan kesehatan reproduksi dan seksual. Kenapa pelatihan ini penting diberikan karena dari hasil riset sapda tahun 2014 dan diskusi-diskusi yang dilakukan dengan orang tua anak disabilitas, ternyata masih banyak yang belum paham tentang kesehatan reproduksi sehingga anak atau remaja rentan mendapatkan pelecehan dan kekerasan seksual. Sedangkan untuk orang tua masih banyak yang tidak paham harus bagaimana mengajarkan kepada anak dengan disabilitas.