NARASI SINGKAT SIARAN DI SINDO TRIJAYA FM

Dalam menyuarakan isu-isu mengenai anak dengan disabilitas, berikut cuplikan narasi singkat siaran di Radio Sindo Trijaya FM, 28 Agustus 2014 dalam program Parenting Corner :
Narasumber : Novia Rukmi
Tema : Peran Ibu dalam mengasuh Anak dengan Disabilitas
Disabilitas, menurut Bu Novi berpendapat bahwa mereka yang disabilitas memiliki kendala, hambatan dari mereka sendiri karena kondisi fisik, mental dan psikologi. Anaknya menyandang CP (cerebral palsy) yang merupakan disabilitas dengan gangguan kemampuan berpikir, dan CP ini cenderung mengalami disabilitas ganda. Pada awalnya, saat usia anak berumur 4 bulan ada yang berebeda, kondisinya tidak sesuai dengan anak seusianya, namun karena beberapa petuah dari orang tua, maka perbedaan kondisi tersebut tidak begitu dikhawatirkan. Di kala anak normal bisa berjalan pada umur 2 tahun, anaknya dapat berjalan pada saat usia 7 tahun, dan saat ini usia anaknya menginjak 12 tahun. Disabilitas anak, dapat dilihat dari 2 perspektif : yang pertama dari orang tua (hampir semua orang tua melakukan complain ke Tuhan, mengapa mereka yang mengalami hal tersebut, namun memiliki anak dengan disabilitas itu adalah sebuah anugerah, sebagai orang tua harus bisa bersyukur karena dengan itu orang tua diberikan anugerah yang sangat luar biasa); yang kedua dari luar (sesuatu yang aneh pasti terjadi ketika orang lain melihat anak Bu Novi ketika sedang berjalan-jalan, itu merupakan hal yang biasa dialami); dan dari kedua perspektif itulah bu Novi mulai mengadvokasi masyarakat tentang CP.

Dalam melakukan pengasuhan/mengasuh anak, tidak hanya ibu saja yang berperan, namun pembagian tugas dan peran harus dilakukan bersama antara ibu dan ayah, tidak ada dikotomi antara perempuan dan laki-laki. Ketika mengasuh anak pun harus bersama, jika tidak bisa atau salah satu berhalangan, maka harus bergantian. Ketika anak harus mandi harus dimandikan, makan juga harus didampingi, perlakuannya harus sama dan ada beberapa poin yang harus disepakati bersama. Bu Novi tidak setuju dengan peran ibu dalam mengasuh anak, hal itu seperti membebani perempuan, padahal perempuan juga termasuk ke ranah publik, harus membangun relasi dan komunikasi.
Harapan ke depannya adalah, jangan pernah membedakan antara anak difabel dan non difabel. Terima keberadaan anak dengan disabilitas, Tuhan punya rencana lain untuk para orangtua. Bangun komunikasi dengan suami bahwa pola asuh itu bukan hanya seorang ibu, karena dengan saling membagi peran akan timbul rasa saling menghargai. Sebagai orangtua, memerlukan rasa sabar, anak difabel itu luar biasa, mereka berbeda, dan sebagai orang tua pun diberikan kekuatan yang berbeda untuk mengasuh mereka. Di sisi lain, pemerintah juga diharapkan dapat memberikan perhatian kepada anak-anak dengan disabilitas, beri mereka ruang untuk berprestasi, sehingga hak anak bisa dapat diwujudkan.