Mengenal Lebih Dalam Disabilitas Autisme

Gambar berisi ilustrasi kartun anak perempuan autis dengan latar belakang putih dan potongan puzzel di sekelilingnya. Teks: memperingati hari peduli autisme sedunia.

Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah salah satu gangguan perkembangan neurologis (Neurodevelopmental Disorder) yang berlangsung lama dan relatif “menyeluruh”. Terdapat beberapa istilah penting di dalam diskursus autisme. Pertama autis, yakni individu yang menyandang autisme. Kedua, autistik, yakni kondisi, keadaan atau sifat karena menyandang autisme menyandang autisme. Ketiga, adalah spektrum, yakni suatu kondisi dengan kontinum yang panjang dan variatif.

Penyandang autisme memiliki kondisi yang beragam. Secara umum kondisi ASD mencakup spesifikasi berikut:

  1. Dengan atau tanpa penurunan intelektual.
  2. Dengan atau tanpa gangguan bahasa.
  3. Berkaitan dengan kondisi medis, genetik, atau lingkungan.
  4. Berkaitan dengan gangguan perkembangan neurologis lain.
  5. Dengan katatonia.

Kondisi autistik juga berlangsung dengan tingkat yang beragam:

Derajat AutistikKomunikasi SosialKetertarikan yang terbatas dan perilaku berulang
Derajat 1: Membutuhkan dukungan/bantuan ringan.Dapat berinterkasi sosial tanpa bantuan, walaupun mengalami hambatan dalam komunikasi sosial.Ditandai dengan keterbatasan yang nyata paling tidak pada satu hal
.Derajat 2: Membutuhkan dukungan/bantuan sedang. Mengalami hambatan dalam berinteraksi maupun dalam memberikan respon secara sosial.Ditandai dengan keterbatasan yang nyata dalam beberapa hal sekaligus.
Derajat 3: Sangat membutuhkan dukungan/bantuan.Kemampuan berkomunikasi sosial yang terbatas.Ditandai dengan adanya keterbatasan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Melatih Kemampuan ASD

Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melatih kemampuan penyandang autisme:

  1. Mengurangi hambatan dalam komunikasi dan interaksi sosial.
  2. Mengurangi pola yang terbatas dan berulang pada perilaku, ketertarikan atau aktivitas.
  3. Meminimalkan bantuan dan dukungan dari orang lain atau lingkungan dalam rangka meningkatkan kemandirian.
  4. Memperbaiki dan meningkatkan fungsi atau integrasi sensori.

Melatih penyandang ASD juga harus memperhatikan etika berinteraksi dengan penyandang disabilitas autisme, antara lain:

  1. Hindari melakukan hal-hal yang agresif atau menunjukkan ketidaksabaran dan ketiadaan rasa hormat.
  2. Hindari memotong pembicaraan, biarkan mereka menyelesaikan apa yang ingin mereka sampaikan.
  3. Hindari mengekang, biarkan mereka bebas kemana dia mau.
  4. Jika ingin mengajak berkomunikasi, dianjurkan untuk membuat kontak mata.
  5. Saat berkomunikasi, gunakanlah kalimat pendek dengan jeda yang cukup antar tiap kalimatnya.

Selain etika-etika tersebut, perlu diperhatikan pula etika-etika umum saat berinteraksi dengan penyandang disabilitas, yakni:

  1. Bertanyalah terlebih dahulu, peka terhadap kontak fisik, berkomunikasi secara langsung, hindari berasumsi, dan merespon permintaan dengan sopan.
  2. Hindari membuat keputusan bagi penyandang disabilitas tentang apa yang mereka bisa lakukan dan apa yang tidak bisa mereka lakukan.
  3. Perlakukan penyandang disabilitas sebagai individu yang memiliki keluarga, pekerjaan, hobi, sesuatu yang disukai atau tidak, termasuk permasalahan dan kegembiraan.
  4. Perlakukan penyandang disabilitas bukan sebagai korban atau pahlawan, melainkan sebagai individu manusia yang bermartabat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *