Pandemi COVID-19 belum menunjukan tanda-tanda berakhir. Sebagai bagian dari upaya untuk terus memutus rantai penyebaran virus asal Tiongkok tersebut, masyarakat diwajibkan memelihara budaya 5M yang salah satunya adalah mencuci tangan dengan air mengalir.
Pandemi COVID-19 membuat kebutuhan akan cuci tangan menjadi sangat tinggi. Namun, belum semua orang memiliki akses yang sama terhadap fasilitas cuci tangan. Ini salah satunya terjadi pada kelompok penyandang disabilitas.
Penyandang disabilitas, dengan segala hambatan dan kebutuhan khususnya, memiliki cara yang berbeda dalam mengakses tempat cuci tangan. Namun, belum seluruh fasilitas cuci tangan yang beredar di masyarakat tidak selalu didesain untuk memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas, utamanya ragam disabilitas fisik dan intelektual.
Lantas apa saja hambatan yang dialami penyandang disabilitas dalam mengakses tempat cuci tangan?
- Penyandang disabilitas fisik yang tidak memiliki kelengkapan anggota gerak kesulitan mengoperasikan keran putar, keran injak dan tempat sabun yang tidak bisa dioperasikan dengan satu tangan.
- Penyandang disabilitas fisik tubuh pendek dan pengguna kursi roda kesulitan mengakses tempat cuci tangan yang terlalu tinggi.
- Tidak ada petunjuk cara mencuci tangan dengan benar yang mudah dipahami oleh penyandang disabilitas intelektual.
- Akses menuju tempat cuci tangan terhalang oleh benda lain atau terlalu jauh sehingga penyandang disabilitas fisik pengguna kursi roda dan kruk kesulitan mengakses tempat cuci tangan.
Demikian 4 hambatan yang dialami oleh penyandang disabilitas, terutama ragam disabilitas fisik dan intelektual dalam mengakses tempat cuci tangan. Lebih lanjut, hambatan-hambatan tersebut tentunya dapat diatasi dengan menciptakan tempat cuci tangan yang aksesibel. Simak rinciannya pada artikel selanjutnya di sini.