SAPDA Terbitkan Panduan Media Aksesibel

Penyandang disabilitas, dengan segala hambatan dan kebutuhan khususnya, memiliki cara yang berbeda dalam mengakses media. Namun, kebanyakan media yang selama ini beredar masih gagal menjawab tantangan tersebut. Demi memastikan semakin banyak media yang aksesibel bagi penyandang disabilitas, Sentra Advokasi Perempuan, Difabel, dan Anak (SAPDA) menerbitkan Panduan Media Aksesibel untuk Penyandang Disabilitas.

Direktur SAPDA Nurul Sa’adah mengatakan bahwa panduan ini harapannya menjadi pemandu bagi pegiat dan produsen media dalam mengakses audiens penyandang disabilitas. Menurutnya, tidak sedikit dari mereka yang masih kesulitan menyesuaikan media terhadap hambatan dan kebutuhan khusus penyandang disabilitas yang beragam.

“Pegiat dan produsen media juga memiliki kesadaran yang kurang tentang keberadaan anggota masyarakat tertentu yang tidak mampu menjangkau informasi seperti kelompok masyarakat pada umumnya. Keadaan semakin diperumit dengan kurangnya referensi yang memandu pegiat dan produsen media,” kata Nurul.

Nurul lebih lanjut mengatakan, kondisi di atas membuat penyandang disabilitas seringkali tidak menerima informasi secara benar dan utuh. “Banyak penyandang disabilitas yang tidak mendapatkan informasi yang berguna sebagai dasar pemikiran dan pengambilan keputusan dalam kehidupan mereka secara mandiri,” jelasnya.

Sementara itu, Sri Surani dari hola Gender Equality, Disability, & Social Inclusion (GEDSI) SAPDA yang juga berkontribusi dalam beberapa bagian dari panduan ini mengatakan hak penyandang disabilitas dalam memperoleh informasi sudah dijamin oleh hukum, dengan adanya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

“Ini juga sesuai dengan pasal 28F Undang-undang Dasar NKRI 1945 yang secara tegas mengamanatkan setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya; dan berhak untuk mencari, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia,” kata Sri.

Secara umum, panduan ini terbagi menjadi empat bagian. Pada bagian pertama yang berjudul Pengenalan Media Aksesibel, pembaca akan disuguhi konsep-konsep dasar yang diperlukan sebelum memahami media aksesibel lebih jauh. Misalnya, konsep tentang Disabilitas; Media; Informasi; dan Aksesibilitas Media.

Kemudian bagian kedua berjudul Dasar Kebijakan Media Aksesibel berbicara tentang Dasar Kebijakan Media Aksesibel. Bagian ini sekaligus mempertegas bagian pertama, dimana keduanya sama-sama menjawab mengapa media yang aksesibel penting bagi penyandang disabilitas. Jika bagian pertama menggunakan pendekatan konsep, bagian kedua menggunakan kebijakan sebagai dasar-dasarnya.

Selanjutnya bagian ketiga berjudul Design Thinking dalam Produksi Media Aksesibel. Sebagaimana judulnya, bagian ini berbicara tentang design thinking. Panduan ini pun menyarankan konsep design thinking sebagai metode berpikir utama untuk memproduksi media yang aksesibel bagi penyandang disabilitas.

Proses design thinking terdiri dari emphatize, define, ideate, prototype, dan test. Masing-masing dari tahap tersebut dijelaskan oleh panduan ini, beserta contoh penerapannya dalam produksi media aksesibel. Melalui penggunaan konsep design thinking, harapannya produksi media aksesibel berbasis kebutuhan audiens penyandang disabilitas.

Terakhir, bagian keempat berjudul Menjadikan Media Aksesibel. Bagian ini sudah menyentuh petunjuk-petunjuk teknis yang bisa dilakukan untuk membuat media aksesibel. Bagian 4 menjelaskan secara detail tentang bagaimana membuat video aksesibel, infografis aksesibel, poster aksesibel, dan dokumen aksesibel.

Masing-masing dari bentuk media tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penyandang disabilitas tuli, penglihatan, dan intelektual. Bagian empat juga membahas bagaimana teknik mendistribusikan media yang ramah bagi penyandang disabilitas, baik melalui media sosial maupun aplikasi perpesanan.

Panduan ini telah menyajikan secara detail tentang langkah-langkah membuat media aksesibel yang disesuaikan dengan setiap bentuk media dan tiga ragam disabilitas yang paling spesifik kebutuhan medianya. Dengan begitu, panduan ini harapannya dapat menjadi referensi yang dapat diandalkan bagi setiap pihak yang memproduksi media aksesibel.

Anda dapat mengunduh Panduan Media Aksesibel melalui situs Pusat Kajian Inklusi melalui tautan di bawah ini. Pastikan Anda memiliki akun agar dapat login dan bisa mengunduh.

https://pakis.id/panduan-produksi-media-aksesibel-bagi-penyandang-disabilitas/